Ketahui Gejala Usus Buntu Pecah – Usus buntu yang pecah merupakan keadaan darurat medis yang perlu ditangani sesegera mungkin. Ada beberapa gejala usus buntu yang pecah yang perlu diwaspadai, yakni nyeri hebat di seluruh perut, demam, dada berdebar-debar, lemas, hingga bengkak di perut.

Ketahui Gejala Usus Buntu Pecah

Usus buntu yang pecah merupakan komplikasi dari radang usus buntu yang tidak diobati. Pecahnya usus buntu dapat menyebabkan abses atau penumpukan nanah, serta penyebaran infeksi ke seluruh rongga perut (peritonitis). Tak hanya itu, bakteri dari usus buntu yang pecah bisa masuk ke aliran darah dan menyebabkan sepsis.

Kondisi ini harus segera ditangani oleh dokter karena berpotensi mengancam nyawa. Oleh karena itu, Anda perlu mewaspadai berbagai gejala usus buntu yang pecah.

Berbagai Gejala Apendiks Pecah

Apendisitis biasanya dimulai dengan radang usus buntu. Kondisi ini dapat menyebabkan rasa sakit yang tiba-tiba di sekitar pusar. Setelah beberapa jam, kemudian nyeri berpindah ke perut kanan bawah. Ini adalah salah satu ciri dari radang usus buntu.

Selain itu, ada juga beberapa gejala radang usus buntu lainnya yang bisa terjadi, antara lain:

  • Kehilangan nafsu makan
  • Bengkak
  • Susah kentut
  • Mual dan muntah
  • Sembelit atau diare
  • Demam ringan

Ketika Anda mengalami gejala di atas, sebenarnya ini adalah kondisi serius yang harus ditangani oleh dokter. Jika tidak diobati dengan benar, radang usus buntu dapat berkembang menjadi pecahnya usus buntu, dan ini dapat menyebabkan komplikasi yang lebih serius.

Risiko ruptur apendisitis meningkat setelah 2-3 hari sejak timbulnya gejala awal apendisitis. Saat usus buntu pecah, rasa sakit biasanya mereda selama beberapa jam, tetapi setelah itu, gejala lain akan bertambah buruk.

Berikut beberapa gejala usus buntu yang pecah yang harus diwaspadai:

  • Demam tinggi
  • Lemah
  • Kesulitan berkonsentrasi dan kebingungan
  • Sakit parah dan konstan di seluruh perut
  • Sesak napas dan dada berdebar-debar

Selain itu, kondisi usus buntu yang pecah juga bisa memicu tekanan darah rendah. Ini biasanya menunjukkan bahwa peritonitis atau sepsis telah terjadi karena komplikasi dari usus buntu yang pecah.

Pengobatan Apendiks Pecah

Pengobatan utama untuk usus buntu yang pecah adalah melalui operasi pengangkatan usus buntu atau usus buntu.

Namun, sebelum operasi dilakukan, dokter mungkin terlebih dahulu memberikan pengobatan kepada pasien, yaitu dengan pemberian antibiotik injeksi dan terapi infus. Untuk mengurangi rasa sakit yang parah akibat usus buntu yang pecah, dokter juga bisa memberikan suntikan obat penghilang rasa sakit.

Setelah kondisi pasien stabil, dokter baru bisa melakukan operasi pengangkatan usus buntu. Prosedur ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan teknik sayatan minimal laparoskopi atau dengan operasi terbuka konvensional (laparotomi).

Untuk kasus radang usus buntu yang sudah pecah, operasi yang dianjurkan adalah laparotomi. Ini berguna untuk memastikan bahwa semua infeksi benar-benar dibersihkan dari rongga perut.

Setelah menjalani operasi usus buntu, pasien biasanya perlu dirawat di rumah sakit selama beberapa hari. Selama masa pemulihan, pasien disarankan untuk menjalani tirah baring dan mengurangi aktivitas fisik yang berat.

Setelah dipulangkan ke rumah, pasien mungkin juga disarankan untuk tidak berolahraga selama 4-6 minggu. Setelah itu, pasien bisa kembali beraktivitas seperti biasa.

Intinya, usus buntu yang pecah dapat diobati secara efektif melalui operasi, dan Anda tetap bisa hidup normal dan sehat meski tanpa radang usus buntu.

Namun, jangan menunggu sampai gejala usus buntu yang pecah muncul. Saat Anda mulai merasakan gejala radang usus buntu yang telah disebutkan di atas, segera kunjungi dokter untuk pengobatan.

Untuk Anda yang mengalami masalah akan fistula ani, Anda dapat menyimak ulasan mengenai cara mengobati fistula ani. Dengan begitu kami harap Anda dapat lekas sembuh dari penyakit yang Anda derita.